Seolah semua meluruh jatuh dari tanganku
Sosokmu menjauh dari jangkauanku
Bukannya kutakut merindumu
Kuhanya takut lupakan suaramu
Seolah jumpaku denganmu kemarin hanya mimpi
Perih hatiku melihatmu tak disini lagi
Setelah lama kita tak berjumpa bersua
Mengapa jadi begini?
Harusnya waktu menjadi sahabat kami
Bukan begini…
Harusnya jumpa kita masih berkali lagi
Bukan begini…
Tawamu kini jadi sengatan di pipi
Nada suaramu bergaung dalam memori
Janji yang tak dapat ditepati
Tantangan yang tetap kupegang dalam hati
Lemari buku yang terisi mimpi
Kemana dia harus pergi?
Cita-cita yang kau pupuk rapi
Siapa yang menghelat nanti?
Luruh…jatuh…namun tak menghilang
Terbang…melayang…tak tergenggam
Bukannya kutakut merindumu
Kuhanya takut lupakan suaramu
Layu bagaikan bunga lewati masa
Lenyap bagai api melalap kata
Kekal layaknya kasih dalam jiwa
Bukannya aku takut merindumu
Kuhanya takut lupakan suaramu…
For you who always says “Because of our arrogance in thinking that only one truth exist, when we find one truth, we have been blinded to all others”
…I miss you already my dear…